Rabu, 22 Maret 2017

Resensi novel "Sang Pemimpi"

LAPORAN KEGIATAN MEMBACA BUKU (1)

IDENTITAS BUKU
Judul buku : Sang Pemimpi
Nama pengarang : Andrea Hirata
Tebal buku : ix + 288 halaman
Jenis buku : Fiksi
Tanggal mulai membaca : 31 Juli 2016
Tanggal usai membaca : 02 Agustus 2016

ISI BUKU
Mozaik 1 / What a Wonderful World
Bercerita tentang wakil kepala SMA Negeri Bukan Main yaitu Pak Mustar yang menyandang semua julukan “seram”. Sebenarnya Pak Mustar adalah orang penting. Beliau merupakan salah satu perintis berdirinya SMA Negeri Bukan Main. Dulu sebelum sekolah ini didirikan, anak-anak Belitong harus sekolah SMA ke Tanjong Pandan yang jauhnya 120 kilometer. Tapi Pak Mustar berubah menjadi galak karena justru anak lelaki satu-satunya tidak diterima di SMA Negeri itu karena NEM anaknya kurang 0,25 dari batas minimal. Syaratnya 42, NEM anaknya hanya 41,75.
Senin pagi ini merupakan hari yang sial bagi Ikal, Arai, dan Jimbron karena Pak Mustar telah mengunci pintu gerbang. Saat mereka bertiga sedang asyik mencari perhatian dari gadis-gadis yang juga terlambat saat itu, tanpa disadari, ternyata Pak Mustar telah berdiri di samping Ikal. Mereka pun langsung berlari dan Pak Mustar mengejarnya bahkan sampai ke pasar. Saat sampai di gudang peti ikan milik Capo, mereka bersembunyi di dalam peti ikan. Dan momen yang paling mendebarkan adalah ketika Capo mengangkat tutup peti tersebut. Nyonya Pho kaget dan berteriak Ikan duyung.

Mozaik 2 / Simpai Keramat
Ikal dan Arai masih bertalian darah. Nenek Ikal adalah adik kandung kakek Arai dari pihak ibu. Waktu Arai kelas satu SD, ibunya wafat saat melahirkan adiknya yang akhirnya juga meninggal. Menginjak kelas tiga SD, ayahnya juga wafat. Arai menjadi yatim piatu dan sebatang kara. Ayah dan ibunya merupakan anak-anak tunggal dan kakek neneknya dari kedua belah pihak orangtuanya juga telah tiada. Orang Melayu memberi julukan Simpai Keramat  untuk orang terakhir dalam garis keluarganya. Karena itulah Arai kemudian dipungut keluarga Ikal.

Mozaik 3 / The Lone Ranger
Ikal dan Arai sudah bersahabat sejak kecil. Bagi Ikal, Arai merupakan sahabat sekaligus saudara. Arai selalu melindungi dan menghibur Ikal. Arai tidak pernah terlihat sedih di depan  orang. Ia hanya mencurahkan semua kesedihannya saat mengaji Al-Qur’an.

Mozaik 4 / Biola Nurmi
Saat Ikal sedang duduk santai, datanglah seorang wanita bernama Mak Cik Maryamah bersama putrinya. Mak Cik datang untuk meninjam beras dari ibu Ikal dengan ganti biola Nurmi, putrinya. Tapi ibu Ikal menolak karena tidak tega memisahkan Nurmi dengan biolanya. Arai tiba-tiba memiliki ide. Ia memecahkan celengan ayamnya dan Ikal. Lalu mereka berdua pergi ke toko A Siong. Arai memesan bahan-bahan untuk membuat kue. Sementara Ikal yang awalnya belum mengerti rencana Arai mencoba untuk mencegahnya. Setelah mendapat barang-barang yang diinginkan, mereka pergi ke rumah Mak Cik untuk memberikan bahan-bahan kue tersebut agar Mak Cik membuat kue untuk dijual.

Mozaik 5 / Tuhan Tahu, tapi Menunggu
Ikal dan Arai juga memiliki teman bernama Jimbron. Jimbron memiliki nasib yang hampir sama dengan Arai. Ayahnya telah meninggal sebelum empat puluh hari ibunya wafat. Waktu itu, Jimbron sedang dibonceng ayahnya naik sepeda. Tiba-tiba ayahnya terkena serangan jantung. Jimbron yang panik, langsung sekuat tenaga menbonceng ayahnya menuju puskesmas. Namun sampai di puskesmas ayahnya meninggal. Jimbron yang pucat pasi karena ketakutan, tak sanggup untuk menjelaskan apa yang terjadi. Sejak itulah Jimbron menjadi orang yang gagap. Lalu ia diasuh oleh Pendeta Geovanny, sahabat keluarganya. Meski begitu, beliau tak berniat merubah keyakinan Jimbron, justru beliau tak pernah terlambat mengantar Jimbron mengaji. Sementara kedua adik kembar perempuannya mengikuti bibinya ke Pangkal Pinang. Jimbron juga sangat menyukai kuda. Apapun yang berhubungan dengan kuda, Jimbron bisa langsung tau meskipun ia belum pernah melihat kuda secara langsung.

Mozaik 6 / Aku Hanya Ingin Membuatnya Tersenyum
Di suatu tempat yang sering disebut orang Semenanjung Ayah. Disitu pernah terjadi sebuah tragedi saat seorang ayah dengan kedua tangannya memeluk seluruh anggota keluarganya dengan tujuan ingin menyelamatkan semuanya. Sebuah upaya yang sia-sia. Namun anak tertuanya, Laksmi, selamat. Namun sepertinya Laksmi memang benar-benar telah lupa caranya tersenyum. Ia tersangkut di akar-akar bakau. Laksmi dipungut seorang Tionghoa Tongsan. Meskipun sudah bertahun-tahun terjadi, kepedihan masih melekat pada diri Laksmi. Ia tak pernah tersenyum walau hanya sekali. Setiap Minggu pagi, Jimbron selalu mampir untuk menghiburnya, tapi semua usaha itu hanya sia-sia.

Mozaik 7 / Afganistan
Saat sedang menonton TV tentang pertempuran di Towraghondi, terbersit oleh Ikal dan Arai bahwa hal itu terjadi pada waktu yang sama ketika mereka dikejar Pak Mustar sampai ke gudang peti es dan juga teriakan ikan duyung. Diam-diam langit akan menyimpannya dan menjadikan hal itu potongan mozaik dalam hidupnya.

Mozaik 8 / Baju Safari Ayahku
Ayah Ikal merupakan orang yang sangat pendiam. Namun sesungguhnya beliau memiliki rasa kasih sayang yang sangat besar. Buktinya, saat tiba hari pembagian rapor, ayah Ikal selalu mengambil cuti dua hari. Ayahnya menyiapkan sepatu, sepeda, dan baju terbaiknya yaitu baju safari empat saku. Bahkan beliau mencukur rambut dan kumisnya. Tak kalah repot, ibu Ikal juga sehari semalam merendan ramuan buatannya untuk dipercikkan pada baju safari ayah ketika menyetrikanya. Setelah itu, ayah Ikal bersepeda menuju SMA Negeri Bukan Main yang jauhnya 30 kilometer. Setelah mengambil rapor pun, beliau hanya tersenyum memandang Ikal dan Arai yang baginya merupakan pahlawan.

Mozaik 9 / Bioskop
SMA Negeri Bukan Main memiliki aturan untuk tidak menonton film di bioskop. Tapi kali ini, Ikal, Arai, dan Jimbron berusaha nekat untuk menonton film tersebut. Meski sudah diingatkan oleh petugas karcis, mereka tetap nekat masuk dengan cara menyamar. Namun akhirnya di tengah-tengah film, mereka ketahuan oleh Pak Mustar.

Mozaik 10 / Action!!
Mereka tertangkap Pak Mustar karena saat beliau berpatroli, beliau mendapat laporan dari tukang jagung yang sudah lama mangkal di depan bioskop. Dan karena telah melanggar aturan, Ikal dan Jimbron mendapat hukuman membersihkan WC, sedangkan Arai membersihkan kotoran kelelawar di langit-langit. Namun, hukuman yang sesungguhnya adalah mereka harus memeragakan adegan film tersebut di lapangan yang disaksikan oleh seluruh warga SMA Negeri Bukan Main.

Mozaik 11 / Spiderman
Saat membersihkan WC dan kotoran kelelawar, Jimbron terus-menerus bercerita tentang kuda. Hal ini membuat Ikal geram. Sehingga tanpa sadar Ikal membentak Jimbron dengan keras. Melihat Jimbron yang langsung pucat pasi setelah dibentak, Ikal pun merasa bersalah atas apa yang telah ia lakukan. Lalu dengan kalimat-kalimat bijaknya, Ikal memasehati Jimbron agar tidak terlalu terobesi pada kuda. Saat Ikal berfikir usahanya berhasil, ternyata Jimbron tetap saja tidak bisa menghilangkan obsesinya pada kuda.

Mozaik 12 / Sungai Lenggang
Saat Ikal berlari sepulang sekolah, ia seakan-akan melihat apa yang akan terjadi di masa depan takkan ada yang berubah. Ikal pun mulai menyerah pada mimpinya dan sekolahnya pun asal-asalan. Sehingga prestasinya turun drastis. Namun, saat hari pengambilan rapor, ternyata ayahnya tetap melakukan hal yang sama. Beliau tidak memarahi Ikal dan tetap menganggap Ikal sebagai pahlawannya. Saat Ikal mendengar perkataan Arai yang mengatakan bahwa kita tidak boleh mendahului nasib, saat itu juga Ikal melihat harapannya kembali dan menyesali apa yang telah dilakukannya.

Mozaik 13 / Pangeran Mustika Raja Brana
Mendengar kabar, bahwa Capo  akan memelihara kuda, Ikal langsung memberi tahu Jimbron. Jimbron pun langsung berubah menjadi sangat pendiam. Karena khawatir, Arai bekerja pada Capo untuk meminjam kuda putihnya supaya bisa ditunggangi Jimbron. Lalu Jimbron berkuda ke rumah Laksmi. Saat itulah Laksmi dapat tersenyum kembali.

Mozaik 14 / When I Fall in Love
Melihat Jimbron yang telah berhasil membuat Laksmi tersenyum, Arai yang sangat mencintai Nurmala berusaha untuk menarik perhatiannya. Arai belajar bermain gitar dari Bang Zaitun untuk membawakan lagu bagi Nurmala saat hari ulang tahunnya. Namun semua usaha yaang dilakukan Arai sia-sia, karena saat Arai bernyanyi, Nurmala justru memutar lagu yang asli.

Mozaik 15 / Ekstrapolasi Kurva yang Menanjak
Belum menyerah untuk menarik perhatian Nurmala, sekarang Arai justru lip synch. Usaha kali ini berhasil karena Nurmala tak berhanti tersenyum sampai bait terakhir lagu itu.

Mozaik 16 / Ciputat
Setelah lulus SMA, Ikal dan Arai merantau ke Jawa untuk meraih mimpi mereka. Sementara Jimbron tetap di Magai karena ia telah diterima bekerja di peternakan Capo untuk mengurus kuda. Niat mereka sebenarnya pergi ke Ciputat, tetapi saat mereka ketiduran di bus, mereka justru terdampar di Bogor. Demi menghidupi diri mereka disana, mereka berusaha mencari pekerjaan apapun yang bisa mereka lakukan. Ikal diterima menjadi juru sotir, sedangkan Arai yang tidak lolos tes karena memiliki penyakit paru-paru memilih berangkat ke Kalimantan dengan sahabatnya dari pabrik tali.

Mozaik 17 / Wewenang Ilmiah
Tahun berikutnya, Ikal diterima di Universitas Indonesia (UI). Setelah sarjana, ia lalu mendaftarkan diri untuk mendapatkan beasiswa kuliah di luar negeri. Dan saat tes akhir, tak disangka ia bertemu dengan Arai yang juga mendaftarkan diri. Setelah itu, untuk pertama kalinya mereka pulang ke Belitong setelah memenuhi tantangan guru SDnya agar pulang ketika sudah menjadi sarjana.

Mozaik 18 / Episiklus
Sampai di Belitong, ternyata Jimbron telah memiliki seorang anak bersama Laksmi. Dan setelah berbulan-bulan Ikal dan Arai menunggu keputusan penguji beasiswa, pada akhirnya mereka diterima di Universite de Paris, Sorbonne, Prancis seperti mimpi mereka.

KELEBIHAN BUKU
Dalam novel Sang Pemimpi terdapat banyak kalimat-kalimat yang dapat membangkitkan semangat kita, seperti “di sekolah ini, kita tak akan pernah mendahului nasib kita!!” juga novel ini memuat kisah-kisah perjuangan hidup yang dapat membuat kita lebih bersyukur dan menghargai apa yang kita miliki.

KEKURANGAN BUKU
Tak ada yang sempurna dalam dunia ini, demikian pula novel karya Andrea Hirata yang berjudul Sang Pemimpi. Novel ini tidak cocok dibaca oleh anak-anak di bawah usia 17 tahun karena terdapat suatu cerita yang tidak selayaknya.

TANGGAPAN
Buku ini sangat layak dibaca bagi kalangan remaja hingga dewasa karena buku ini berisi tentang kisah perjuangan hidup. Apalagi sekarang banyak orang yang merasa hidupnya selalu kurang. Diharapkan setelah membaca buku yang sangat menginspirasi ini, pembaca dapat lebih memahami arti kehidupan dan mensyukuri apa yang sudah dimiliki.

Gurah, 15 Agustus 2016
Orang Tua,        Siswa,

Hari Prayono      Debora Sabathina

                 Guru Bahasa Indonesia,

Dra. Intam Suryo Wening Djati, M.Pd.
        NIP. 19690513 200801 2 024